Kelompok peminum/penggemar tuak yang dulu saya pernah kenal terdiri dari 6 orang, semua pria dewasa yang punya keluarga anak dan isteri punya penghasilan tetap dari usaha non formal mulai dari agen roko, penjual coto makassar, penjual beras eceran dan ada juga yang kerja serabutan alias makelar.
Sehari -hari semua anggota kelompok pasti membawa badik yang diselipkan dipinggang, badik biasanya berbagai ukuran ini menunjukkan bahwa yang bersangkutan setiap saat siap membela diri jika ada yang coba mengganggu.
Pertama kali ngintil dibelakang kelompok ini karena merasa tertarik dengan perilaku mereka yang kelihatan jantan and macho, kelompok ini selalu minum tuak di lokasi yang tidak jauh dari rumah tempat kami tinggal.
Tuak yang sering diminum adalah tuak yang di fermentasi dari beras disebut Ballo Ase ( Ballo=tuak, Ase= beras) atau B.A. Juragan pemeras tuak juga seorang yang kelihatan jantan karena berkepala gundul, badan tinggi besar, perut gendut dan selalu membawa badik yang besar dan lebar disebut Badik Lompo Battang (Lompo= besar Battang= Gendut) kepala gundulnya selalu di tutupi dengan batik penutup kepala bernama (Passapu) mirip blankon kalau di Jawa, bersuara parau lebih sering tampil dengan bertelanjang dada.
Tuak yang sudah jadi dimasukkan kedalam botol keramik yang sedikit langsing dengan mulut botol kecil dan leher botol pendek disebut “Botolo Kurambu”, karena botol terbuat dari keramik maka tentu saja tidak tembus pandang. Kalau penulis ingat-ingat kembali cara pembuatan tuak itu pastilah tidak higyenis.
Para peminum tuak bisa membeli dan membawa tuaknya ke tempat lain atau minum ditempat juragan tuak. Kalau mau aman dan lebih eksklusif maka lebih baik dipesan saja dan minum dalam kelompok sendiri. Kelompok peminum yang sering saya ikuti ini memilih tempat yang eksklusif kalau tuak habis dengan segera memanggil anak-anak yang ada disekitarnya untuk membeli tambahan.
Pertama kali mencium bau tuak maka akan terasa bau merangsang yang tidak enak tetapi setelah terekspose dua atau tiga kali maka bau tuak terasa harum dan menarik kita untuk mencoba. Tuak biasanya diminum bersama ikan bakar yang disebut dalam istilah Bi’Bikang (camilan)ikan yang paling sering adalah anak ikan hiu. Pertama kali melihat dan mencium bau tuak bersama anak ikan hiu bakar yang disajikan baunya memang tidak enak karena ada bau tuak plus bau anyir ikan hiu bakar yang dibakar begitu saja tidak diberi bumbu sama sekali. Tapi melihat orang yang minum tuak sambil makan camilan hiu bakar kelihatannya nikmat sekali.
Karena bau tuak lebih harum saya mencoba minum tapi rasa tuak itu tidak enak, terasa asam dilidah jadi saya tidak melanjutkan minum tuak itu that’s it, cukup begitu saja, untuk mencoba hiu bakar aku juga tidak berminat karena kesenanganku adalah ikan goreng.
Kelompok peminum ini akan minum dan ngobrol ngalor ngidul dan makin lama mereka minum berarti minuman makin bertambah mereka akan jadi mabuk, kalau sudah mabuk maka bahan diskusipun makin jorok, ada yang membicarakan tentang pengalaman berhubungan intim ada pula yang curhat karena semalam di tolak oleh isteri. Ada juga yang mulai memuji kehebatan dirinya dan badiknya, biasanya badik dikeluarkan dan ditancapkan di meja. Ada beberapa macam badik yang saya kenal misalnya Badik La gecong (berbentuk kecil langsing) biasanya berukuran kurang dari sejengkal, katanya sangat berbisa dan mematikan, ada badik Luwuk (badik ini punya warna gelap dan ada guratan-guratan antik yang menarik untuk dilihat dan terasa berwibawa) ukuran lebih besar dari La gecong. Sebagai catatan; membawa badik pada waktu itu adalah hal yang biasa saja.
Selama masa mabuk dan curhat inilah yang paling rawan karena kalau mereka minum ditempat minum yang umum berarti ada kelompok lain yang berperilaku sama sehingga bisa terjadi duel dan biasanya pasti makan korban.
Solidaritas kelompok sangat tinggi misalnya ada yang mengeluh tentang gangguan oleh jagoan dari tempat lain maka segera mereka memutuskan melawan atau mau mencari bantuan kemana agar bisa mendatangi kelompok penggangu tadi.
Senang mengenal mereka karena mereka selalu menawarkan bantuan kata mereka kalau ada yang ganggu kamu disekolah kasih tau saja, nanti kita sikat.
Mereka semua sudah tidak ada dan saya pikir semuanya meninggal dalam usia 40-50 tahun, mungkin ini akibat dari kebiasaan minum tuak ? wallahu alam
Selanjutnya »
<span id="fullpost">
Sehari -hari semua anggota kelompok pasti membawa badik yang diselipkan dipinggang, badik biasanya berbagai ukuran ini menunjukkan bahwa yang bersangkutan setiap saat siap membela diri jika ada yang coba mengganggu.
Pertama kali ngintil dibelakang kelompok ini karena merasa tertarik dengan perilaku mereka yang kelihatan jantan and macho, kelompok ini selalu minum tuak di lokasi yang tidak jauh dari rumah tempat kami tinggal.
Tuak yang sering diminum adalah tuak yang di fermentasi dari beras disebut Ballo Ase ( Ballo=tuak, Ase= beras) atau B.A. Juragan pemeras tuak juga seorang yang kelihatan jantan karena berkepala gundul, badan tinggi besar, perut gendut dan selalu membawa badik yang besar dan lebar disebut Badik Lompo Battang (Lompo= besar Battang= Gendut) kepala gundulnya selalu di tutupi dengan batik penutup kepala bernama (Passapu) mirip blankon kalau di Jawa, bersuara parau lebih sering tampil dengan bertelanjang dada.
Tuak yang sudah jadi dimasukkan kedalam botol keramik yang sedikit langsing dengan mulut botol kecil dan leher botol pendek disebut “Botolo Kurambu”, karena botol terbuat dari keramik maka tentu saja tidak tembus pandang. Kalau penulis ingat-ingat kembali cara pembuatan tuak itu pastilah tidak higyenis.
Para peminum tuak bisa membeli dan membawa tuaknya ke tempat lain atau minum ditempat juragan tuak. Kalau mau aman dan lebih eksklusif maka lebih baik dipesan saja dan minum dalam kelompok sendiri. Kelompok peminum yang sering saya ikuti ini memilih tempat yang eksklusif kalau tuak habis dengan segera memanggil anak-anak yang ada disekitarnya untuk membeli tambahan.
Pertama kali mencium bau tuak maka akan terasa bau merangsang yang tidak enak tetapi setelah terekspose dua atau tiga kali maka bau tuak terasa harum dan menarik kita untuk mencoba. Tuak biasanya diminum bersama ikan bakar yang disebut dalam istilah Bi’Bikang (camilan)ikan yang paling sering adalah anak ikan hiu. Pertama kali melihat dan mencium bau tuak bersama anak ikan hiu bakar yang disajikan baunya memang tidak enak karena ada bau tuak plus bau anyir ikan hiu bakar yang dibakar begitu saja tidak diberi bumbu sama sekali. Tapi melihat orang yang minum tuak sambil makan camilan hiu bakar kelihatannya nikmat sekali.
Karena bau tuak lebih harum saya mencoba minum tapi rasa tuak itu tidak enak, terasa asam dilidah jadi saya tidak melanjutkan minum tuak itu that’s it, cukup begitu saja, untuk mencoba hiu bakar aku juga tidak berminat karena kesenanganku adalah ikan goreng.
Kelompok peminum ini akan minum dan ngobrol ngalor ngidul dan makin lama mereka minum berarti minuman makin bertambah mereka akan jadi mabuk, kalau sudah mabuk maka bahan diskusipun makin jorok, ada yang membicarakan tentang pengalaman berhubungan intim ada pula yang curhat karena semalam di tolak oleh isteri. Ada juga yang mulai memuji kehebatan dirinya dan badiknya, biasanya badik dikeluarkan dan ditancapkan di meja. Ada beberapa macam badik yang saya kenal misalnya Badik La gecong (berbentuk kecil langsing) biasanya berukuran kurang dari sejengkal, katanya sangat berbisa dan mematikan, ada badik Luwuk (badik ini punya warna gelap dan ada guratan-guratan antik yang menarik untuk dilihat dan terasa berwibawa) ukuran lebih besar dari La gecong. Sebagai catatan; membawa badik pada waktu itu adalah hal yang biasa saja.
Selama masa mabuk dan curhat inilah yang paling rawan karena kalau mereka minum ditempat minum yang umum berarti ada kelompok lain yang berperilaku sama sehingga bisa terjadi duel dan biasanya pasti makan korban.
Solidaritas kelompok sangat tinggi misalnya ada yang mengeluh tentang gangguan oleh jagoan dari tempat lain maka segera mereka memutuskan melawan atau mau mencari bantuan kemana agar bisa mendatangi kelompok penggangu tadi.
Senang mengenal mereka karena mereka selalu menawarkan bantuan kata mereka kalau ada yang ganggu kamu disekolah kasih tau saja, nanti kita sikat.
Mereka semua sudah tidak ada dan saya pikir semuanya meninggal dalam usia 40-50 tahun, mungkin ini akibat dari kebiasaan minum tuak ? wallahu alam
</span>