Sabtu, 16 April 2011

Lawa' Bale, Sushi ala Bugis

Lawa' Bale, mungkin bagi sebagian orang kedengarannya masih asing. Lawa Bale adalah sejenis makanan khas bugis yang berbahan pokok ikan segar mentah. 
Bale artinya Ikan dalam bahasa indonesia.
Dimakan dalam keadaan mentah seperti halnya sushi dari Negeri Jepang. Makanan ini dapat kita jumpai di daerah Bugis, salah satunya di kabupaten Bone.


Lawa Bale ini terdiri dari ikan mentah yang sudah dibersihkan dan dipisahkan dari tulang dan kepalanya. Kemudian dicampur dengan parutan kelapa yang sudah di olah. Dan diberi garam serta tetesan jeruk nipis atau cuka sebagai penetrasi rasa ikannya. Dapat pula ditambahkan sedikit bawang goreng untuk menambah aroma. Ini hanya sebagian dari cara pembuatan Lawa' Bale yang sering dikomsumsi oleh sebagian besar masyarakat suku Bugis.


Makanan yang khas dan spesial ini tidak banyak dijumpai di daerah lain. Jadi, untuk menikmatinya, jalan jalan yuk ke Sulawesi selatan. Sembari menikmati berbagai makanan khas Sulawesi Selatan termasuk Lawa' Bale ini. Saya sendiri yang sekarang sedang merantau sangat merindukan cita rasa dari makanan ini. Dikala saya kembali ke kampung halaman, saya (orang Bugis) dan istri (orang jawa sunda), langsung mencari cari yang namanya Lawa' Bale.


Jadi, Sebagai orang Indonesia pada umumnya dan orang Bugis pada khususnya, Kami merasa tidak kalah dengan makanan jepang yang ada sushinya. Toh di indonesia juga ada Lawa' Bale yang sama sama dari ikan mentah. hehehe.... Banggaaaa.....


Ini adalah salah satu kekayaan kuliner di negeri kita yang harus dijaga kelestariannya. Meskipun tradisional, namun tetap memiliki cita rasa tinggi.


Selamat menikmati Lawa' Balenya....
//Uchax.

Selanjutnya »

Minggu, 30 Januari 2011

Kepercayaan Suku Bugis, Islam dan To Lotang

Oleh: Anne Ahira

Rasanya, hampir semua orang bila mendengar nama bugis pikirannya langsung tertuju pada salah satu makanan khas Indonesia berbahan dasar tepung ketan dengan isian kelapa dan gula di dalamnya. Namun, Bugis juga merupakan nama sebuah suku yang ada di Indonesia.
Suku Bugis adalah masyarakat asli dari Provinsi Sulawesi Selatan. Jumlah masyarakat suku Bugis di tahun 2000 mencapai angka enam juta jiwa. Suku Bugis tersebar di beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan, seperti Kabupaten Luwu, Bone, Wajo, Pinrang, Barru, dan Sidrap. Salah satu ciri khasnya adalah sistem kepercayaan suku Bugis.
Sistem Kepercayaan Agama Islam
Masyarakat suku Bugis dengan segala kebudayaan dan adat istiadat juga memiliki sistem kepercayaan. Kepercayaan suku Bugis yang banyak dianut sejak abad ke-17 adalah Islam. Islam dibawa oleh para pesyiar dari daerah Minangkabau.
Para pesyiar tersebut membagi wilayah penyebaran agama Islam menjadi tiga wilayah. Di wilayah Gowa dan Tallo, penyiar yang ditugaskan adalah Abdul Makmur. Di wilayah Luwu, yang diperintahkan untuk menyiarkan ajaran Islam adalah Suleiman. Untuk wilayah Bulukumba, Nurdin Ariyani yang ditugaskan untuk bersyiar.
Sistem Kepercayaan To Lotang
Selain Islam, kepercayaan suku Bugis lainnya adalah sistem kepercayaan To Lotang. Sistem kepercayaan To Lotang memiliki penganut sebanyak 15 ribu jiwa. Masyarakat yang menganut sistem kepercayaan To Lotang tinggal di wilayah Amparita, Kecamatan Tellu Limpoe, Kabupaten Sidenreng Rappang.
Sistem kepercayaan To Lotang didirikan oleh La Panaungi. Kepercayaan ini ada karena pendirinya mendapatkan ilham dari Sawerigading. Sawerigading adalah jenis kepercayaan yang memuja Dewata SawwaE.
Kitab suci bagi penganut sistem kepercayaan ini adalah La Galigo. Isi yang terkandung dalam kitab tersebut diamalkan turun-menurun secara lisan dari seorang uwak atau tokoh agama kepada para pengikutnya.
Sistem kepercayaan ini memiliki tujuh orang tokoh agama, yang diketuai oleh seorang Uwak Battoa. Sementara itu, tokoh agama yang lain mengurusi hal-hal mengenai masalah sosial, usaha tanam, dan penyelenggaraan upacara ritual.
To Lotang menurut bahasa Bugis artinya adalah 'orang selatan'. Zaman dulu, masyarakat ini sering mengungsi dari satu daerah ke daerah lain di Sulawesi Selatan. Setelah berkali-kali mengungsi, pada 1609, masyarakat dengan sistem kepercayaan ini menetap di Amparita berkat perintah dari Raja Sidendreng.
Suku Bugis memiliki beberapa kerajaan, di antaranya Kerajaan Wajo, Kerajaan Soppeng, Kerajaan Makassar, dan Kerajaan Bone. Kerajaan yang terdapat di sekitar suku Bugis sering mengalami konflik. Biasanya, konflik di antara mereka terjadi akibat perebutan daerah kekuasaan.
Selanjutnya »

Selasa, 25 Januari 2011

Jejak Suku Bugis di Pelabuhan Ratu, Sukabumi

Suku Bugis memang dikenal sebagai salah satu suku perantau. Kebanyakan pemukiman-pemukiman yang didiami oleh orang bugis di perantauan adalah kawasan yang tidak jauh dari pantai. Sebut saja di Pelabuhan Ratu, Sukabumi. Hal tersebut memang sangat mungkin karena sebagian besar dari masyarakat suku bugis berpenghasilan dari hasil laut. Dan suku bugis merantau dikenal sebagai pelaut yang handal. Namun, tak jarang pula mereka yang tinggal di perkotaan.

Di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, salah satu lokasi yang didiami oleh orang-orang Bugis. Menurut pengalaman saya, rata-rata atau kebanyakan orang-orang Bugis di Pelabuhan Ratu berpenghasilan dari hasil laut. Mereka bekerja sebagai nelayan. Mereka yang sukses melaut lebih memilih menetap dan membangun keluarga di Pelabuhan Ratu. Banyak diantaranya yang sudah menikah dengan warga setempat dan menetap. Adapula yang memang sengaja membawa serta anak istrinya dari Sulawesi untuk tinggal di pelabuhan Ratu. Bahkan ada yang lahir dan besar di pelabuhan ratu, tapi masih berstatus sebagai orang bugis.

Bahasa dan adat istiadat yang mereka gunakan tetap bahasa bugis dan membawa adat suku bugis. Saya sempat heran, karena dipelabuhan ratu merupakan daerah sunda, namun mendengar mereka (orang-orang bugis) berbahasa bugis, membuat saya bangga akan keberadaan suku bugis di perantauan.

Hidup rukun antara sunda dan bugis di pelabuhan ratu sudah merupakan hal yang wajar, dengan didasari oleh kekeluargaan. Saya sempat bertanya jawab dengan salah seorang yang juga orang bugis di pelabuhan ratu. tentunya dengan memakai bahasa bugis pula.
Menurut penuturannya, mereka tinggal sejak lama di pelabuhan ratu. Dengan menggunakan Perahu Nelayan, mereka melakukan perantauan di Pelabuhan Ratu. Dan sejak itu, hasil laut yang mereka dapatkan lumayan untuk mereka mencukupi keluarga. Banyak diantara mereka yang sudah sukses melaut, dan mempunyai banyak kapal untuk disewakan. Rasa persaudaraan sangat diutamakan. Hingga Anak-anak mereka yang lahir dan besar di pesisir pantai pelabuhan ratu, sudah dapat mewarisi bakat melaut dari orang tua mereka. 

Seperti itulah tentang kisah kehidupan orang bugis di pelabuhan ratu. Dan banyak lagi yang dapat kita petik pelajaran dari apa yang diperjuangkan oleh saudara-saudara kita yang sedang merantau. 
Selanjutnya »

Minggu, 23 Januari 2011

Daerah-daerah yang merupakan Suku Bugis

Suku Bugis di Sulawesi Selatan merupakan suku yang mendiami daerah yang cukup luas.
Meskipun dalam setiap daerah yang didiaminya mempunyai bahasa yang sama yaitu Bahasa Bugis, namun dalam tiap daerah tersebut memiliki dialek atau logat yang berbeda-beda.

Beberapa daerah-daerah yang menjadi kediaman Suku Bugis antara lain: 

*Kabupaten Bone
Sejarah mencatat bahwa Bone merupakan salah satu kerajaan besar di nusantara pada masa lalu. Kerajaan Bone yang dalam catatan sejarah didirikan oleh ManurungngE Rimatajang pada tahun 1330, mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Latenritatta Towappatunru Daeng Serang Datu Mario Riwawo Aru Palakka Malampee Gemmekna Petta Torisompae Matinroe ri Bontoala, pertengahan abad ke-17 (A. Sultan Kasim,2002). Kebesaran kerajaan Bone tersebut dapat memberi pelajaran dan hikmah yang memadai bagi masyarakat Bone saat ini dalam rangka menjawab dinamika pembangunan dan perubahan-perubahan sosial, perubahan ekonomi, pergeseran budaya serta dalam menghadapi kecenderungan yang bersifat global.


*Kabupaten Sinjai
Kabupaten Sinjai mempunyai nilai histories tersendiri, dibanding dengan kabupaten-kabupaten yang di Propinsi Sulawesi Selatan. Dulu terdiri dari beberapa kerajaan-kerajaan, seperti kerajaan yang tergabung dalam federasi Tellu Limpoe dan Kerajaan – kerajaan yang tergabung dalam federasi Pitu Limpoe.

Tellu limpoe terdiri dari kerajaan-kerajaan yang berada dekat pesisir pantai yakni Kerajaan  yakni Tondong, Bulo-bulo dan Lamatti, serta Pitu Limpoe adalah kerajaan-kerajaan yang berada di daratan tinggi yakni Kerajaan Turungen, Manimpahoi, Terasa, Pao, Manipi, Suka dan Bala Suka.

*Kotamadya Pare-pare
Diawal perkembangannya dataran tinggi yang sekarang ini, yang disebut Kota Parepare, dahulunya adalah merupakan semak-semak belukar yang diselang-selingi oleh lubang-lubang tanah yang agak miring tempat  tumbuhnya semak-semak tersebut secara liar dan tidak teratur, mulai dari utara (Cappa Ujung) hingga ke jurusan selatan kota. Kemudian dengan melalui proses perkembangan sejarah sedemikian rupa dataran itu dinamakan Kota Parepare.

*Kabupaten Pangkep
Pangkep ditetapkan sebagai bagian dari wilayah RI sejak awal September 1945, yang diumumkan oleh Andi Burhanuddin. Semua pemerintah kerajaan lokal, yang juga sebagai kepala pemerintahan onderdistrict , memberi dukungan. Dukungan yang agak kuat berasal dari Andi Mandacingi (Karaeng Mandalle), Andi Page (Karaeng Segeri), dan Andi Makin (Karaeng Ma'rang). Bahkan mereka bertiga menghadap langsung Gubernur Sulawesi, Dr GSSJ Ratulangi di Makassar. Dukungan lainnya berasal dari Bungoro, Balocci, Labakkang dan Pulau.

*Kabupaten Barru
Kabupaten Barru dahulu sebelum terbentuk adalah sebuah kerajaan kecil yang masing - masing dipimpin oleh seorang Raja yaitu : Kerajaan Berru (Barru), Kerajaan Tanete,Kerajaan Soppeng Riaja dan Kerajaan Mallusetasi. 

*Kabupaten Bulukumba
Mitologi penamaan "Bulukumba", konon bersumber dari dua kata dalam bahasa Bugis yaitu "Bulu’ku" dan "Mupa" yang dalam bahasa Indonesia berarti "masih gunung milik saya atau tetap gunung milik saya".
Mitos ini pertama kali muncul pada abad ke–17 Masehi ketika terjadi perang saudara antara dua kerajaan besar di Sulawesi yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan Bone. Di pesisir pantai yang bernama "Tana Kongkong", di situlah utusan Raja Gowa dan Raja Bone bertemu, mereka berunding secara damai dan menetapkan batas wilayah pengaruh kerajaan masing-masing.
Bangkeng Buki' (secara harfiah berarti kaki bukit) yang merupakan barisan lereng bukit dari Gunung Lompobattang diklaim oleh pihak Kerajaan Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah bagian timur. Namun pihak Kerajaan Bone berkeras memertahankan Bangkeng Buki' sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan.
Berawal dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis "Bulu'kumupa" yang kemudian pada tingkatan dialek tertentu mengalami perubahan proses bunyi menjadi "Bulukumba".
Konon sejak itulah nama Bulukumba mulai ada dan hingga saat ini resmi menjadi sebuah kabupaten.

*Kabupaten Maros
Kabupaten Maros terletak di bagian barat Sulawesi Selatan, secara geografis terletak antara 40o45 - 50o07 LS dan antara 109o205 - 129o12 BT. Kabupaten ini sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Pangkep, sebelah selatan berbatsan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Gowa, sebeelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bone dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar dan memiliki luas wilayah 1.619,12 Km2.
 
Dari: Berbagai Sumber
Selanjutnya »

Jumat, 14 Januari 2011

Cerita singkat Goa Mampu di Bone

Di salah satu tempat di kabupaten Bone ada sebuah Goa yang dinamakan GOA MAMPU. Penamaan tersebut tidak saya mengerti juga, tapi yang jelas Goa tersebut ada sejarahnya.
Konon, dahulu kala di dalam Goa tersebut ada sebuah kampung yg sebagian besar masyarakatnya mengerjakan kain tenun.
Suatu hari, seorang gadis yang sedang menenun dan ditemani oleh anjing peliharaannya yg berwarna hitam dan dinamain LA BOLONG.
Namun, ketika sedang menenun, penggulung benangnya jatuh di bawah kolom rumahnya. Saat itu memang rumah penduduk berbentuk rumah panggung.
Tanpa disadari dia menyuruh La Bolong (anjingnya) untuk mengambilkan gulungan tersebut.
Bersegeralah la bolong turun dari rumah dan mengambilkan gulungan benang tersebut.
Karena kelancangan mulutnya tersebut berbincang dengan seekor binatang, maka terkenalah kutukan pada gadis tersebut. dan dengan seketika, gadis itu berubah menjadi Batu/patung.
datanglah tetangganya dan melihat kejadian itu. tanpa disengaja tetangga tersebut terkejut dan mengeluarkan kata-kata pertanyaan pada gadis batu itu. dan dengan seketika tetangganya juga dikutuk menjadi batu.
Akhirnya dalam beberapa saat seluruh kampung terkutuk menjadi batu.
Begitulah cerita singkatnya, tapi benar atau tidaknya Wallahua'lam.
Makanya dalam goa tersebut terdapat beberapa batuan yg menyerupai manusia, binatang, tenunan, dll....
Bagi yang ingin ke Goa mampu pejalananan yang ditempuh cukup sulit, karena kondisi yang msh kurang baik.
Namun sebagian masyarakat setempat dapat membantu anda dan menemani anda hingga masuk kedalam goa tersebut.


Selanjutnya »

Senin, 03 Januari 2011

DAERAH WISATA PANTAI PALLETTE

Pantai Pallette adalah sebuah daerah wisata yang terletak di salah satu sudut kota BONE.
Paleete sendiri adalah nama daerah letak tempat wisata tersebut. Pantai Pallette saat ini diminati oleh para wisatawan-wisatawan lokal maupun wisatawan yang datang dari luar kota Bone.  Baik itu kalangan mampu maupun yang kurang mampu dapat menikmati indahnya alam wisata pantai Pallette, hal itu dikarenakan biaya retribusi untuk masuk ke kawasan pantai itu sangat terjangkau.
Pantai Pallette merupakan pantai yang dengan bukit dan batu karang yang tersusun membentuk sebuah pamandangan yang indah, diiringi oleh semilir angin laut dan ombak-ombak yang berkejaran. Apalagi beberapa tahun lalu kawasan wisata tersebut dibangun dan didandani oleh investor-investor dan senantiasa membuat kawasan pantai pallette lebih menarik para pengunjung. 





Saat ini berbagai fasilitas yang dapat kita nikmati, termasuk kolam renang, bungalow, villa dan hotel di dalam kawasan Pantai pallete. dan Sepertinya saat ini pantai Pallette sudah lebih terkoordinasi.
Pokoknya ini menjadi tempat wisata yang direkomendasikan deh buat teman teman semua yang ingin berlibur bersama keluarga. 



Tapi, jangan lupa, sebelum ke Pantai Pallette, siapkan kamera, dan yang lainnya, karena sayang sekali loh, kalo sampai tidak mengabadikan keindahan pantai Pallette. Teman-teman, Selamat berlibur... 


by: uchax
Selanjutnya »

 

counters